Pengendalian Hama Terpadu

Hama dan penyakit tanaman atau yang disebut sebagai organisme Pengganggu Tanaman (OPT) adalah salah satu risiko yang dihadapi oleh kegiatan agribisnis.

OPT yang tidak terkendali dapat akan berdampak kepada penurunan produksi hingga kematian tanaman yang di budidayakan.

Pengendalian Hama Terpadu (HPT) merupakan pendekatan secara hati-hati terhadap metode pengendalian hama yang tersedia dan integrasinya yang mampu menekan perkembangan populasi hama dan menjauhkan pestisida ke tingkat yang dapat diterima secara ekonomi demi mengurangi risiko terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.

Hama dan penyakit tanaman atau yang disebut sebagai Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) adalah salah satu risiko yang dihadapi oleh kegiatan agribisnis. OPT yang tidak terkendali dapat akan berdampak kepada penurunan produksi hingga kematian tanaman yang di budidayakan.

 

Di saat yang sama, penggunaan bahan kimia berbahaya untuk mengendalikan risiko-risiko tersebut juga dapat menjadi ancaman bagi keanekaragaman hayati. Oleh karena itu, FAP Agri terlibat dalam metode dan pendekatan pengembangan yang ramah lingkungan untuk mengintegrasikan pemantauan dan pengendalian hama  melalui pendekatan praktik Pengendalian Hama Terpadu (HPT).

 

Sistem PHT yang dilakukan memadukan pengendalian alami, pengendalian hayati, dan pengendalian teknis (biologi dan kimia). Pengendalian teknis sebagai upaya terakhir dilakukan apabila pengendalian secara alami dan hayati sudah tidak mampu menekan populasi hama secara signifikan. Pengendalian alami dan hayati memanfaatkan musuh alami (predator, parasitoid, dan entomopatogen) yang mampu menekan populasi hama secara alami serta mengurangi resiko kerusakan lingkungan akibat penggunaan pestisida.

Burung hantu (Tyto alba) merupakan predator tikus yang sangat potensial pada perkebunan kelapa sawit. Predator ini mampu menurunkan serangan tikus pada tanaman muda hingga di bawah 5%. Sementara itu, ambang kritis serangan tikus di perkebunan kelapa sawit sebesar 10%. Pada umumnya penanggulangan serangan tikus di perkebunan kelapa sawit dilakukan dengan menggunakan racun tikus (rodentisida). Saat ini kami memiliki pengembangbiakan burung hantu yang tersebut di beberapa sentra kebun di Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur.

 

Kami juga menanam tanaman yang berguna (Beneficial Plant) seperti Cassia cobanensis, Antigonon leptopus, dan Turnera subulata yang menarik predator hama pemakan daun kelapa sawit seperti ulat kantung dan ulat api (nettle caterpillar). Agen hayati lain seperti jamur Cordyceps juga digunakan pada saat terjadi wabah hama (ulat api). Kami juga menggunakan Trichoderma sebagai bio-fungisida untuk mengendalikan Ganoderma. Kami memantau penggunaan pestisida kami dan memastikannya diizinkan oleh Kementerian Pertanian Indonesia. Berbagai jenis pestisida dengan tujuan berbeda tersedia dalam bentuk padat atau cair, dan penggunaannya tergantung pada kebutuhan.

Penangkaran Sarang Burung Hantu

Penangkaran burung hantu disalah satu konsesi kebun FAP Agri sebagai upaya pengendalian biologis serangan tikus.